PENYEBAB KEKERASAN TERHADAP ANAK
3.
Penyebab
kekerasan terhadap anak
Terdapat
beberapa faktor penyebab kekerasan pada anak. Salah-satu penyebab kekerasan
terhadap anak adalah karena pengaruh keluarga, pengaruh ekonomi, maupun karena
pengaruh genetika. Menurut Gelles Richard.J (1982) mengemukakan bahwa kekerasan
terhadap anak (child abuse) terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor,
yaitu:
a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational transmission of
violence).
Banyak
anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya dan ketika tumbuh menjadi
dewasa mereka melakuakan tindakan kekerasan kepada anaknya. Dengan demikian,
perilaku kekerasan diwarisi (transmitted)
dari generasi ke generasi. Studi studi menunjukkan bahwa lebih kurang 30%
anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan menjadi orang tua yang bertindak
keras kepada anak anaknya.
Sementara
itu, hanya 2 sampai 3 persen dari semua individu menjadi orang tua yang
memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Anak-anak yang mengalami perlakuan
salah dan kekerasan mungkin menerima perilaku ini sebagai model perilaku mereka
sendiri sebagai orang tua. Tetapi, sebagian besar anak-anak yang diperlakukan
dengan kekerasan tidak menjadi orang dewasa yang memperlakukan kekerasan kepada
anak-anaknya.
b. Stres Sosial (social
stress)
Stres
yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan risiko kekerasan
terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial ini mencakup: pengangguran
(unemployment), penyakit (illness), kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran
keluarga besar dari rata-rata (a larger
than average family size), kelahiran bayi baru (the presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di rumah, dan kematian (the death) seorang anggota keluarga. Sebagian besar kasus
dilaporkan tentang tindakan kekerasan terhadap anak berasal dari keluarga yang
hidup dalam kemiskinan.
Tindakan
kekerasan terhadap anak juga terjadi dalam keluarga kelas menengah dan kaya,
tetapi tindakan yang dilaporkan lebih banyak di antara keluarga miskin karena
beberapa alasan.
c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah
Orang
tua dan pengganti orang tua yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak
cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali orang tua yang bertindak
keras ikut serta dalam suatu organisasi masyarakat dan kebanyakan mempunyai
hubungan yang sedikit dengan teman atau kerabat.
d. Struktur Keluarga
Tipe-tipe
keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat untuk melakukan tindakan
kekerasan dan pengabaian kepada anak. Misalnya, orang tua tunggal lebih
memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak dibandingkan dengan
orang tua utuh. Selain itu, keluarga keluarga di mana baik suami atau istri
mendominasi di dalam membuat keputusan penting, seperti : di mana bertempat
tinggal, pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan beberapa
keputusan lainnya, mempunyai tingkat kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga keluarga yang suami istri sama sama bertanggung jawab
atas keputusan keputusan tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan orang
tua melakukan kekerasan pada anak yaitu:
1)
Kondisi anak
Anak yang mengalami cacat baik
mental maupun fisik anak yang sulit diatur sikapnya, anak yang meminta
permintaan khusus, ataupun berposisi sebagai anak tiri, anak angkat.
2)
Sosial
Nilai/Norma yang ada dimasyarakat
yang kurang menguntungkan terhadap anak, misalnya dalam praktek pengasuhan
anak, pembiasaan bekerja sejak kecil kepada anak yang berlindung atas nama adat
budaya, misalnya dalam pola pengasuhan anak yang menekankan dan menjunjung
tinggi nilai kepatuhan yang acap kali masyarakat membiarkan dan mentolerir
kekerasan fisik (cambuk, pukul, tending dan tempeleng), verbal (berkata-kata
kotor, mengumpat, damprat atau cemooh) maupun kekerasan dalam pengisolasian sosial.
3) Persepsi
masyarakat
Masyarakat menilai bahwa persoalan
kekerasan terhadap anak yang dilakukan keluarganya sendiri (orang tua) adalah
urusan intern mereka sendiri. Mereka
melakukan itu dalam rangka mendidik anak- anaknya yang bandel dan membangkang
orang tua dan adanya anggapan bahwa anak adalah milik orang tuanya sendiri.
4)
Kondisi orang tua
Orang tua yang mengunakan alkohol,
orang tua yang mengalami depresi atau gangguan mental, dan orang tua yang dulu
dibesarkan dengan kekerasan cenderung meneruskan pendidikan tersebut kepada
anaknya.
5) Faktor
keluarga
Keluarga yang cenderung berada dalam
keadaan yang kacau secara ekonomi dan lingkungan seperti, perceraian,
pengangguran dan keadaan ekonomi kacau. Karena adanya tekanan ekonomi bagi
orang tua yang tidak kuat untuk menghadapi akan menjadikannya semakin sensitif
sehingga menjadi mudah marah, anak sebagai pihak yang terlemah dalam keluarga
menjadi sasaran kemarahan.
6) Persepsi
orang tua
Munculnya anggapan yang salah terhadap anak (wrong perception). Orang tua menganggap kehadiran anak sebagai hak paten yang dapat digunakan sesukanya sehingga pada akhirnya orang tua akan merasa bebas dalam memperlakukan anaknya sesuai dengan keinginannya, apapun yang dilakukan orang tua terhadap anak adalah hak orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar