Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu secara
sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti dalam pengetahuan,
kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi kebiasaan dan tingkah laku
afektif lainnya sebagai hasil dalam pengalaman. Belajar dipengaruhi oleh
foktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong
kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu
adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan
kelelahan.
1) Inteligensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi
yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi
belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar
adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor diantara
faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh
negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa
yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil dengan
baik dalam belajarnya, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar
dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah,
masyarakat) memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki
inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga
pendidikan khusus.
2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajarannya
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehimgga ia
tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara
mengusahakan pelajarannya itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
3) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia
segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari
pelajarannya itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah
diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta
hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan
pelajaran yang dipelajari itu.
4) Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka
hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah
selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting
untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah
yang sesuai dengan bakatnya.
5) Motivasi
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motivasi
untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan
kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar. Menurut Syah (2006: 151),
motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik
dan 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa
adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang
tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan
proses mempelajari materi- materi pelajaran baik di sekolah maupun di
rumah.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat dan tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak
sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu
tergantung dari kematangan dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena
jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar